KoGa say's

Sugeng Rawuh Wonten webBlog-ipun Kulo...
Menawi Sampun Mriksani suMonggo dipunAturi Ninggalake Pitutur ingkang Cetha lan Sae!!
Bisnis di Internet, Temukan Cara Menghasilkan $1.185,33 dalam 1 hari

Kamis, 11 Desember 2008

Malam Sepi yang Indah

Entah apa yang menyebabkan malam ini begitu terasa indah. Padahal malam ini biasa saja, bahkan lebih kelam. Bulan tiada nampak, bintang tak satupun berkedip. Hanya awan hitam menyemai permukaan langit yang suram. Kulihat jalanan pun telah sepi dua jam lalu. Hanya satu dua suara deru motor dari kejauhan, yang tiada terlihat sosoknya.

Di bawah lampu penerang jalan, ku berdiri menatap penuh harap. Namun lalau lalang seliweran serangga terbang menganggu pikiranku. Buyar... kembali hampa, entah apa sebenarnya yang ingin kulihat. Menunggu bulan, bintang ataukah gerimis hujan. Sejenak ku berpikir, yang terbersit hanya "ah lebih baik aku kembali ke kost!".

Belum ku tutup pintu, ponsel genggam dimeja kamar kembali berdering. Bunyi-bunyian khas tanda sms masuk, "siapakah gerangan malam-malam begini?". Ah... siapapun itu mungkin ada sesuatu hal yang penting. Ku buka dan kulihat ada sebuah nama yang telah terdaftar dalam phonebook dan memang sudah sering mengirim pesan ke nomor hapeku. "Ah... dia lagi... apa tak bosen setiap saat kiirim sms?? Cuma tanya kabar?? Kangenlah... ada saja alasannya mengirim pesan".

Benar saja, isinya bertanya kabar, lagi dimana, lagi ngapain, kangen pula... Jengah sebenarnya, dengan malas ku balas pesannya. "lagi sakit.. di kost... baca sms... hah? kanGen?? ada apa sich malem-malem sms?" begitu mesej yang ku kirim. Selang beberapa menit. Ia pun membalas, ia bercerita kabar bahwa iapun sedang sakit.

Semoga saja dengan kujawab sms-nya, ia dapat kembali sehat. Sudah agak lama tak ada balasan, mungkin dia sudah tidur tak baik lagi sakit koq begadang. Namun bagiku, begadang adalah suatu pilihan, bagaimana tidak saat ku coba merebah memejam mata yang ada justru selalu terjaga. Bukan insomnia, tapi memang sudah terbiasa.

Akhirnya kuputuskan untuk keluar rumah kost, kembali melihat jalanan sepi. Kupandangi langit kembali, ah... satu bintang telah nampak, meski tak seterang biasanya. Kulihat sekeliling, rumah tetangga pun sudah gelap, hanya lampu teras menyala sebagai penanda hunian. Memang malam tetaplah malam, meski ada sesuatu yang berbeda karena waktu, cuaca atau perubahan-perubahan kompleks mengarung jaman.

Disana, di bangku pojokan ku duduk terpaku, merenung, andai saja ada yang membuatku takjub malam ini. Kulihat lagi lampu penerang jalan, ternyata lebih indah dari sebelumnya. turunnya rintik gerimis membiasakan cahaya pelangi yang begitu mempesona. Di depan mata melayang kerlipan cahaya kuning, satu.. dua... tiga.. ah bukan ada tujuh cahaya kuning berkrlip terbang mengitariku.

Dibawah remang bias sinar pelangi dan gerimis basah. Ku berhibur dengan sahabat-sahabat kecil yang telah lama tak kujumpa. Kunang-kunang kembali hadir menemani malam gelap dan sepiku, akankah kembali ku alami malam sepi yang begitu indah itu? Malam yang penuh ketakjuban hati dan pesona cahaya keindahan malam.

Selasa, 25 November 2008

Hari Guru Nasional

Hari ini adalah hari guru se-Indonesia, sosok yang dikatakan sebagai "pahlawan tanpa tanda jasa pembentuk insan cendekia" telah banyak berjuang keras membawa perubahan bagai setiap Individu manusia Indonesia. Mereka yang telah menorehkan goresan tinta emas dengan memproduksi kelompok-kelompok golongan manusia versi terdidik. Dan hasilnya adalah orang-orang luar biasa melebihi mereka sendiri atau paling tidak setara dengan kemampuan mereka.
Sebagai sosok seorang pendidik dan pengajar, guru menjadi bagian penting dalam kehidupan tatanan bersosial masyarakat. Dari sekolah sering kita diajarkan tentang etika, moral, jiwa kepekaan sosiak, dan juga ilmu-ilmu penunjang wawasan dan kecerdasan. Begitu besar jasa mereka, dan bagi negara yang punya kesadaran akan pentingnya peningkatan mutu pendidikan maka Indonesia terus mengembangkan seluruh potensi kapasitas calon pendidik. Meski kadang balasan perjuangan dari para guru hanya seberapa besar.
Berbeda mungkin dengan negara tetangga kita, Malaysia, mereka sampai mengimpor guru-guru dari negeri kita di era 1970an. Hingga hari ini, jiran kita ini telah berhasil memajukan bidang pendidikan. Sedangkan kita yang menjadi bangsa "maha guru" malah makin terpuruk, biaya pendidikan yang mahal, belum lagi kenyataan bahwa mutu pendidikannya juga rendah. Guru menjadi salah satu korban dari sistem pendidikan yang masih dalam tahap pengembangan.
Masalah kesejahteraan pribadi juga mempengaruhi kinerja, enatah itu yang sudah PNS atau yang masih tercatat sebagai guru bantu (honorer). Sampai hari ini pun masih terdengar kabar tentang aksi dari para Guru di suatu tempat. Tuntutan yang salah satunya adalah hak untuk menerima kelayakan kesejahteraan.
Namun di sisi lain dari heroiknya seorang guru, ternyata baru-baru ini terungkap kasus yang sangat memuakkan, seorang guru mencabuli anak didiknya dan tidak tanggung-tanggung kelauan bejat tersebut dilakukan di depan kelas. Hal ini merupakan pencorengan nama baik seorang guru, yang ianya adalah seorang pendidik.

Terpujilah wahai engkau ibu-bapak guru,
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku,
Semua baktimu, akan ku ukir di dalam hatiku,
Sebagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu
engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa

Begitu lagu yang sering dinyanyikan, tapi jujur belum pernah tahu siapa pemcipta lagunya.

Hari Guru Nasional

Hari ini adalah hari guru se-Indonesia, sosok yang dikatakan sebagai "pahlawan tanpa tanda jasa pembentuk insan cendekia" telah banyak berjuang keras membawa perubahan bagai setiap Individu manusia Indonesia. Mereka yang telah menorehkan goresan tinta emas dengan memproduksi kelompok-kelompok golongan manusia versi terdidik. Dan hasilnya adalah orang-orang luar biasa melebihi mereka sendiri atau paling tidak setara dengan kemampuan mereka.
Sebagai sosok seorang pendidik dan pengajar, guru menjadi bagian penting dalam kehidupan tatanan bersosial masyarakat. Dari sekolah sering kita diajarkan tentang etika, moral, jiwa kepekaan sosiak, dan juga ilmu-ilmu penunjang wawasan dan kecerdasan. Begitu besar jasa mereka, dan bagi negara yang punya kesadaran akan pentingnya peningkatan mutu pendidikan maka Indonesia terus mengembangkan seluruh potensi kapasitas calon pendidik. Meski kadang balasan perjuangan dari para guru hanya seberapa besar.
Berbeda mungkin dengan negara tetangga kita, Malaysia, mereka sampai mengimpor guru-guru dari negeri kita di era 1970an. Hingga hari ini, jiran kita ini telah berhasil memajukan bidang pendidikan. Sedangkan kita yang menjadi bangsa "maha guru" malah makin terpuruk, biaya pendidikan yang mahal, belum lagi kenyataan bahwa mutu pendidikannya juga rendah. Guru menjadi salah satu korban dari sistem pendidikan yang masih dalam tahap pengembangan.
Masalah kesejahteraan pribadi juga mempengaruhi kinerja, enatah itu yang sudah PNS atau yang masih tercatat sebagai guru bantu (honorer). Sampai hari ini pun masih terdengar kabar tentang aksi dari para Guru di suatu tempat. Tuntutan yang salah satunya adalah hak untuk menerima kelayakan kesejahteraan.
Namun di sisi lain dari heroiknya seorang guru, ternyata baru-baru ini terungkap kasus yang sangat memuakkan, seorang guru mencabuli anak didiknya dan tidak tanggung-tanggung kelauan bejat tersebut dilakukan di depan kelas. Hal ini merupakan pencorengan nama baik seorang guru, yang ianya adalah seorang pendidik.

Terpujilah wahai engkau ibu-bapak guru,
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku,
Semua baktimu, akan ku ukir di dalam hatiku,
Sebagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa

Begitu lagu yang sering dinyanyikan, tapi jujur belum pernah tahu siapa pencipta lagunya. tapi paling tidak dari sinilah kita coba memaknai hari guru ini!! Bukan untuk bernyanyi bagi mereka, tetapi kita juga untuk berjuang.

Sabtu, 22 November 2008

Yuk Nulis!!

Pada mulanya, orang kebanyakan ataupun seperti saya, beranggapan bahwa menulis adalah sulit. Hingga kebanyakan lebih senang untuk ngomong / bicara, lalu kemudian bagaimana dengan orang-orang yang dikenal sebagai si suara emas (si pendiam). Yang mungkin juga bagi sebagian orang menjadi jati diri ataupun identitas ciri khas dirinya.

Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan beberapa adek kelas di kampus saya. Ada sebuah kejadian lucu yang sebenarnya bagi sebagian orang hal tersebut adalah biasa saja. Benar saja, dikarenakan kita memang tidak pernah bertemusebelumnya, apalagi kami berbeda jurusan. Pastilah sudah bisa ditebak bukan??

Orang boleh menganggap ini bukanlah suatu hal yang lucu, saat membaca SMS "... di tunggu di sekre ya mas!..." so langsung saja saya yang memang sudah terbiasa keluar masuk kompleks sekretariat UKM tersebut. Secepat kilat datang, masuk ke dalam sekre HIMA tersebut. Dan anehnya, setelah salam dan masuk... orang yang kebetulan berada di dalam juga beranggapan bahwa saya juga salah satu penduduk sekre yang sudah terbiasa keluar-masuk.

Baru setelah jabat tangan dan duduk untuk mencoba ngobrol mencari tahu siapa yang meng-SMS saya. Benar saja dugaan, karena memang kita beda jurusan, hingga dikiranya saya itu paling nanti nongol dari sekre HIMA jurusan saya. Tiba-tiba, HP pun berdering, SMS pun masuk lagi "...Udah dimana mas??..." . Langsunglah dijawab bawasannya saya sudah berada di dalam sekre HIMAnya. Kontan saja mereka malu, karena tak menyadari saya yang sudah duduk sambil melihat tingkah mereka yang tersipu.

Sebenarnya cerita diatas tidak begitu penting untuk diceritakan. Pokok bahasannya berlanjut dipercakapan kami. Pengutaraan dari dua cewe yang kebetulan mereka sudah berencana untuk mengadakan sebuak pelatihan tentang kepenulisan. Namun kendalanya adalah mereka kebingungan tentang bagaimananya menjadi pelatihan tersebut benar-benar bermanfaat bagi peserta nantinya.

Sebenarnya untuk konsep pelatihan juga silahkan saja dari mereka maunya seperti apa?? tinggal dijalankan saja. Obrolan kami pun berlanjut ke hal-hal yang paling pribadi dan sensitif. Iya... bagaimana tidak sensitif.... merujuk daripada keinginan mereka untuk menjadi seorang penulis. Saya pun jadi teringat dari apa yang saya baca dari millis FLP, Bang Jonru mengungkapkan "tidak ada calon penulis" dan memang benar semua orang adalah penulis. Mungkin yang membedakan adalah tujuan dari menulis itu sendiri.

Beberapa orang yang berkumpul dan kebetulan ikut nimbrung percakapan, menyatakan mereka menulis masih terbatas bila mood. Saya yakinkan kepada mereka bahwa menulis bukan karena mood saja. Mereka bisa saja menulis, saat mereka mau ataupun saat tidak ingin menulis sekalipun. Bagusnya lagi, saya teringat seorang kawan di millis yang sedang mengembangkan trik menulis free writing, begitu "tulis saja apa yang sekarang ada dan terlintas dipikiran anda!" tidak mungkin akal benar-benar kosong.

Ataupun sebenarnya dalam prakteknya bisa saja kita gunakan dengan metode sedikit paksaan, pancinglah otak anda dengan sebuah kata, apapun!! Boleh saja meminta seorang teman untuk menyebutkan satu kata, kemudian tuliskan apapun dengan kata tersebut. Boleh mendeskripsikan atau menjadikan kata tersebut sebagai bahan pewacanaan, meski kadang bisa saja bahwa kata tersebut adalah kata yang benar-benar "baru" bagi kita sendiri.

Misalkan saja, kata yang sangat asing (belum kita ketahui dengan jelas arti dan maksudnya) dan tak lazim digunakan. Meski salah mendeskripsikan itu jauh lebih baik daripada sampai tak bisa menuliskan sama sekali. Bisa saja hanya sekedar asal-asalan karena kita hanya menerka sebenarnya apa yang dimaksud kata tersebut.

Selain itu untuk membudayakan menulis, harusnya kita punya satu hal yang disebut sebagai "DIARY" hal sepele tapi menjadi suatu hal yang luar biasa. Dalam diary boleh kita menulis perjalanan hidup kita dengan harapan bahwa hal tersebut merupakan pelatihan saya menulis. Tak masalah bila hanya berisikan curhat saja.

Seringnya orang bertanya lagi, bagaimana cara memulai sebuah tulisan (yang bagus). Untuk mengatasi problem yang seperti ini, solusinya cuma satu, yakni menulis! Tak usah dibingungkan, tentang apa kata pertama yang cukup bagus dan menarik, atau memikirkan penilaian atas tulisan sendiri. Sekali lagi, menulislah!!

Perkara di tengah jalan ternyata mendapati kebuntuan ide dan pikiran untuk merampungkan rangkaian tulisan, boleh saja kita rehatkan sejenak untuk sekedar menghirup udara segar. atau memang jika ternyata ide tak kunjung datang, biarkan saja tulisan itu berhenti, hingga mungkin suatu saat tulisan yang sudah anda garap sebagian menemukan "jodoh"nya. jodoh bisa berarti kelanjutan tulisan, atau muncul ide baru yang nantinya justru menjadikan tulisan tersebut lebih menarik.

Begitulah, kadang daripada membaca tulisan ini terus lebih baik sekarang anda "menulis" saja. Jangan siakan waktu yang anda punya untuk membaca saja, tetapi mulailah untuk mengikatkan apa yang sudah anda dapat, ilmu, pengalaman, cerita, atau bahkan ide terbaru anda. Selamat Menulis!!

Senin, 03 November 2008

Nikmat buat Tidur

Jadi ingat iklan produk susu di TV bahwa tidur merupakan saat pertumbuhan secara optimal. Adanya perkembangan sel tulang (untuk anak-anak) maupun sel otak beserta sel-sel tubuh yang lain hingga mampu reborn, penggantian sel dari yang rusak oleh sel baru. Karena itu tidur sangat diperlukan oleh manusia untuk terjadinya pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisma dan biokimiawi tubuh. Demi mencapai kesempurnaan tidur, juga bertujuan untuk mengembalikan kondisi fit tubuh, orang akan melakukan banyak hal, kebanyakan orang yang bermasalah dengan tidurnya justru memilih solusi yang salah. Mereka memilih mengonsumsi obat tidur atau bahkan minta dipnotis. Sekali lagi, Insomnia itu terjadi bukan karena satu faktor saja, akan tetapi banyak faktor. Apa jadinya jika kita selalu minum obat tidur, bukankah obat itu yang sebenarnya adalah racun. Tentunya akan berimbas pada kerusakan tubuh, secara langsung atau tidak langsung.Begitu juga dengan terapi hipnotis yang dilakukan, bila terlalu sering atau rutin, hal ini pun bahaya. Orang punya alam bawah sadar, yang ini bisa saja menjadi sumber kreatif bagi seseorang. Namun bila, alam bawah sadar ini dimatikan dengan metode tersebut, akan berbahaya bagi jiwa dan pikirannya. Bukannya menjadi tenang justru malah lebih kacau dari sebelumnya. Dalam kehidupan nyata mungkin akan berpengaruh, misalkan sering jadi seorang yang pelupa dan suka bengong.Jika mendengar dari beberapa teori terkait dengan tidur, maka anjuran yang baik adalah kita tidur sedikitnya delapan jam sehari semalam. Dimana, bahwa saat tidur adalah saat menurunnya frekuensi gelombang otak. Relaksasi yang dilakukan saat kita tidur membuat kita hanyut, bisa saja kita tidur dengan buaian mimpi indah, ataupun kita benar-benar lelap dan pulas tanpa bermimpi sekalipun.Namun ternyata tidur delapan jam seperti ini, juga tidak baik karena porsinya terlalu berlebih. Coba hitung saja, 24 jam yang kita punya, 8 jam buat tidur, untuk kerja misallan 6 jam, perjalanan pulang pergi dari pekerjaan 2 jam, untuk refreshing 2 jam. Sisanya untuk menimba ilmu dan juga hal-hal lain yang lebih sifatnya privasi; makan minum, ibadah, MCK dandan bahkan juga untuk bersosialisasi, mengobrol dan sebagainya.Tentu akan sangat rugi jika sepertiga hari yang kita punya hanya untuk tidur. Dalam konsep Islam, sebagaimana percontohan Nabi, tidur yang cukup adalah 4-5 jam perhari. Bila jadwal tidur kita adalah mulai jam 22.00 maka paling tidak jam 03.00 kita harus sudah bangun untuk memulaii aktivitas. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa saat-saat pagi seperti jam 3 pagi adalah saat yang paking tepat untuk belajar, membaca dan sebagainya yang terkait untuk meningkatkan kemampuan ataupun kecerdasan.Adasatu hal juga yang dicontohkan, ternyata sebelum kita tidur malam, dianjurkan kita berwudhu terlebih dahulu. Hal ini untuk memastikan bahwa agar kita tidak berlebih dalam tidur, kita bias bangun lebih awal tentunya dengan ‘fresh’.Hal lain yang juga bisa dilakukan adalah tidur satu jam sebelum masuk waktu dzuhur. Kata para pakar psikologi, orang bias berfikir secara jernih atau melakukan aktivitas yang menguras pikiran, hanya mampu dari pagi sampai maksimal jam 10 atau 11. Dan setelah melewati titik jenuh ini diharapkan otak bisa diistirahatkan.Bahkan soal posisi tidur, kita diberi contoh berposisi tidur menyaming, miring ke kanan. Posisi ini paling save bagi kesehatan bagian perut beserta organ didalamnya lebih rileks tidak tertekan beban. Bahkan bagi otakpun, posisi ini meleluasakan otak belakang dan juga otak bagian kiri (keduanya pendukung kecerdasan) untuk beregenerasi secara optimal hingga tak mudah untuk cepat pikun. Berbeda dengan posisi tidur terlentang ataupun tengkurap. Jika terlentang otak lebih terasa tertekan,apalagi bagi perempuan sangat tidak bagus, jika tidur berposisi terlentang (sensored). Posisi tengkurap, jelas mengganggu sistem pernapasan.Begitulah strategi untuk menjalani hidup sehat terutama mencapai nikmatnya tidur. Khusus bagi para pengidap insomnia, boleh dicoba untuk melakukan strategi yang sudah disampaikan. Dan satu tips terakhir, “janganlah tidur sebelum anda benar-benar kelelahan” karena biasanya jika orang belum lelah atau capek, ia sulit untuk tidur masih banyak yang ia pikirkan menjelang menuju waktu tidurnya. Okay.. selamat mencoba!

Jumat, 31 Oktober 2008

Penikmat Malam vs Insomnia

Suasana malam hari memang selalu penuh misteri, tak jarang banyak orang, khususnya para penikmat suasana malam rela untuk begadang ria. Mereka bersedia menunda waktu tidur bahkan bila perlu tidak usah tidur.
Beberapa diantara mereka mengatakan bahwa suasana malam itu lebih menakjubkan. Mereka membandingkan antara kebisingan siang hari yang panas penuh asap dan debu dengan malam yang penuh keheningan dan kedamaian. Lain halnya muda-mudi yang sedang dimabuk cinta, mereka kadang asyik menikmati langit malam penuh bintang bertaburan. Atau bagi mereka para pemuja dunia gemerlap, ini adalah malamnya kita. Sedang bagi para penggila balap liar, mobil ataupun motor, Its show time. Atau apapun dan bagaimanapun alasan yang membuat orang lebih senang menikmati malam.
Lalu benarkah perilaku seperti ini? Sehatkah kebiasaan hidup seperti ini??
Perilaku dan kebiasaan tidak tidur di malam hari termasuk hal yang tidak sehat. Hal itu memungkinkan bahwa seseorang terkena penyakit yang bernama insomnia (angguan sulit tidur). Insomnia merupakan persepsi atau keluhan kekurangan tidur disebabkan berbagai faktor, diantaranya kesulitan tidur, terjaga dari tidur terlalu cepat dan tidur yang tidak nyaman, atau memang karena tuntutan pekerjaan (lembur malam atau shift malam).
Atau juga secara fisik karena tidurnya terganggu oleh kondisi lingkungan sekitarnya, sura bising atau atau cuaca yang tidak nyaman untuk tidur. Penyebab dari gangguan ataupun gejala susah tidur atau ketidaknyamanan tidur, biasanya karena terjadi perubahan pada struktur kimia otak dan hormon otak, serta terdapat gangguan psikiatrik.
Gangguan psikiatrik yang menjadi penyebab insomnia misalnya kecemasan, terlampau banyak beban pikiran, depresi dan penggunaan zat-zat tertentu. Selain itu, kondisi medis juga bisa menjadi penyebab insomnia, seperti asma, rematik dan efek samping pengobatan.
Dampak merugikan bagi mereka yang menderita insomnia menurunnya kualitas hidup, kadang hidup menjadi tidak bergairah, gangguan jiwa, stamina fisik menurun dan menurunnya produktivitas karena kurang tidur dan kelelahan.
Dalam hal bersosialisasi, orang yang menderita insomnia sering mengalami kegagalan dalam bersosialisasi. Secara komunikasi maupun verbal, kadang yang terjadi adalah miss-communication bahkan ketidaknyambungan. Bisa jadi ketika diajak berdialog, mirip orang ngelindur, ngelantur atau meracau tidak jelas. Kebanyakan malah cuma bengong.
Secara psikiatrik (kejiwaan), orang yang mengidap insomnia mental dan jiwanya cenderung labil. Ia bisa saja cepat marah, mudah tersinggung karena hal-hal yang sepele.
Penderita insomnia kerap pula mengantuk pada siang hari dan tidak bisa memusatkan perhatian pada hal-hal detail. Mereka tidak dapat memberikan pertimbangan untuk mengatasi masalah. Orang insomnia juga sering lupa, bahkan hal yang baru saja dialami.

Senin, 01 September 2008

Apa yach??

Ga tau kenapa yach tidak begitu merasakan nikmat dari puasa itu sendiri padahal puasa itu nikmat... mungkin kerana masih banyak pikiran... pikiran yang sentiasa melayang terbang membubung jauh ke angkasa..... mungkin memang sudah menjadi baris-baris garis saat antar satu titik pikiran yang dituju dengan deretan titik lainnya... nggak ada yang nyambung antar baris....... hanya titik-titik yang sebaris yang tersambung...... satu baris aaaaa semua sejajar dengan baris bbbbb semua begitu seterusnya hingga zzzzz....... memang ada baris yang juga kombinasi abcde tapi itupun belum bisa terhubung dengan baris-baris yang lainnya.......
Kupikir lagi... wah tak habis pikir juga! aku tak temukan cara untuk menghubungkan semua deretan baris yang berjajar panjang itu........ mungkin aku butuh orang lain untuk membantuku dengan ia akan membangun jembatan atau paling tidak dia yang akan menjadi penerobos dinding-dinding pikirang yang berjajar itu... 'crosser' itulah yang kubutuhkan saat ini.... namun sekiranya ada tak akan cukup bila hanya satu orang... 2, 3, 4....... ahh.... masih kurang.....
Teringat pelajaran matematik saat SMP...... jaring-jaring bola...... begitu banyak garis sejajar ataupun berseberangan, tapi mereka teratur terhubung bahkan dengan kesatuan antar mereka ia bisa membuat sebuah siklus gabungan lingkaran tanpa terputus.........
Adakah yang mau membangun jembatan pikiranku??
Adakah crosser-crosser tangguh yang setia mendampingiku??

Kamis, 28 Agustus 2008

Bakso dan Mie "SENYUM"

Memang usia manusia siapa bisa memprediksikan... bisa saja hari ini sehat, bugar, dan penuh kegembiraan. Namun besok atau nanti...tak akan tahu, Alloh-lah yang punya rahasia itu. Kita manusia hanya sekadar berusaha menjalankan kehidupan dengan penuh keredhaan, senang sedih hal biasa yang menjadi bumbu kehidupan.

Di antara kerlipan-kerlipan terik mentari, tak sengaja hanya 'tuk sekedar berkunjung sahaja. Di siang itu sekadar menjumpai seorang kawan yang sudah biasa menunggui sebuah rentalan komputer. Sejuk tanpa kipas dan AC, hanya beriramakan lagu-lagu melow yang masih di putar di komputer.

Datang seorang bapak bermuka ramah, penuh senyum, sontak kami pun turut membalas senyumnya. Sang bapak menawarkan permintaannya agar bisa dibuatkan design iklan sederhana bagi usahanya, jualan bakso dan mie ayam. Hmm.... "senyum" begitu title dari usaha rintisan beliau. Karena memang hanya sekadar iklan yang simple... kamipun menyanggupi. Tetapi belum bisa langsung selesai seketika itu.
"Silakan nanti Bapak coba kembali lagi kemari! Nanti diperiksa, mungkin masih ada yang salah, kurang atau belum cocok dengan yang diharapkan."
"Saya di depan, ya mas!"

Rupanya tempat usaha sang Bapak tidak jauh dari tempat kami, di seberang jalan. Seusai adzan ashar berkumandang contoh iklan sudah siap diprint. Meskipun design tiada mewah, cukup sederhana diantara balutan hitam-putih warna. Memang sich... karena cuma ada tinta printer warna hitam sahaja, jadinya seperti itu saja.

"Tinggal menunggu si Bapak Senyum datang... kalau OK, Ready to printing..."
***
Beberapa saat berlalu, datang seorang pemuda tanggung bertubuh agak gempal. Hadirnya ialah kerana hendak bertanya gambar iklan usaha bakso ayahnya sudah jadi atau belum. Sebelumnya bahawa ia telah diamanati untuk menjumpai kami sekadar tengok pekerjaan pesanan itu. Kami pun hanya menunjukkan hasil olahan sederhana kami. Si pemuda pun masih bingung, "mmm..... coba saya tanya lagi ke bapak!"

Satu jam berlalu si pemuda tiada nampak, kemakah ioa bertanya? Muncul dalam benak rasa ingin tahu, mengapa lama nian. Kami tengok menerawang ke arah lokasi usaha "senyum".
"ppff....fhh......." Kaget tiada sangka, terlihat bendera putih berkibar mencengakkan perasaan. Semua yang bernyawa hanyalah milik Alloh swt dan kesemuannya pasti akan kembali lagi kepada-Nya.


Sabtu, 09 Agustus 2008

Tambal Ban Pitch-X

Masih saja aku lihat...
Jalanan penuh debu, dan asap kendaraan
Belum lagi sampah kertas dan plastik
Menghambur terbang terbawa deru dan tiupan angin
Diantara kerumunan puntung rokok nampak berkilau
Rupanya ada kawat berliuk berujung runcing
Mungkin sengaja dipasang orang
Hanya sekedar menambah penghasilan

Dari jauh aku lihat....
Nampak seorang bapak menuntun motornya
Mungkin kehabisan bensin?
Atau akibat ulah orang tadi?
Tak apalah jikalau berkeinginan berbagi
Berbagi rejeki dengan orang yang punya ahli
Bensin atau tambal ban, tak masalah!

Sang bapak masih terus mendorong motornya...
Mataku beralih beberapa meter ke arah yang ditujunya
Seorang anak muda penjaja jasa tambal ban terkekeh
di papan namanya tertulis "Tambal Ban Pitch-X"
Entah bahagia setelah ia membaca SMS dari kekasihnya
Ataukah karena ia sudah mendapatkan mangsa?

pwQerto 090808 / 09:08:08WIB

Kamis, 24 Juli 2008

MENEMUKAN BUKU YANG MAMPU MELANGITKANKU

*Bagaimana Aku Membangun Diriku sebagai Penulis yang Produktif dan Kreatif?*

*Oleh Hernowo*
disampeiken pada SilNas FLp 12 juli 2008


Izinkan aku mengisahkan perjalanan hidupku ketika aku mampu mengubah diriku
menjadi seorang penulis. Aku percaya akan adanya bakat menulis. Namun, aku
mampu menjadi penulis bukan karena bakat. Aku mulai sadar bahwa menulis (dan
juga membaca) sangat bermanfaat bagi diriku ketika usiaku melewati angka 40
tahun. Ketika itu, aku sudah bekerja di Penerbit Mizan selama hampir 13
tahun. Dan ketika usiaku mencapai 44 tahun, aku berhasil menerbitkan
karya-pertamaku, *Mengikat Makna*. Judul bukuku ini diilhami oleh kata-kata
Ali bin Abi Thalib r.a., "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya."

Bagiku, *Mengikat Makna* merupakan simbol perjuanganku dalam menemukan
secara konkret dan nyata seabrek manfaat membaca. Dalam berjuang menemukan
pelbagai manfaat membaca inilah kemudian aku diantarkan menuju sebuah
wilayah baru bernama "mengikat makna". Di halaman 46 buku *Mengikat Makna*,
aku menulis, "Penerbit tempatku bekerja terus mengalirkan teks demi teks,
membanjiri toko-toko buku. Apakah para pembeli buku keluaran penerbitku
benar-benar membaca dalam arti membaca yang sesungguhnya?"

Pertanyaanku itu kemudian semakin kupertajam, "Yaitu, dengan tekun dan
gairah mengunyah teks demi teks, lalu berusaha keras memahami gagasan yang
ditawarkan oleh seorang pengarang, dan, akhirnya, gagasan yang diserap
mereka dapat menggerakkan mereka untuk berbuat sesuatu yang lebih baik? Aku
tak ingin melanjutkan soal penting yang memprihatinku ini. Aku hanya
tertarik untuk mengisahkan pengalamanku dalam menghindari jebakan kebosanan
sewaktu berhadapan langsung dengan teks."



*Proses Kreatif dan Sumber Inspirasiku dalam Menulis*

Aku membangun kecintaanku terhadap kegiatan membaca dan menulis lewat
konsepku bernama "mengikat makna". Prinsip kegiatan "mengikat makna"
sederhana, yaitu memadukan kegiatan membaca dan menulis secara bareng dan
tertata. Setiap kali aku selesai membaca sebuah buku, aku kemudian
merenungkan dan mencerna hasil kegiatan membacaku tersebut dan menuliskannya
atau "mengikat" hasil-hasil membacaku yang mengesankanku.

Dan aku tidak sembarangan dalam menuliskan hasil-hasil membacaku. Aku
benar-benar berusaha sangat keras untuk menuliskan hal-hal penting dan
berharga (atau yang bermakna) dari kegiatan membacaku tersebut. Aku tidak
mau menjalankan kegiatan membaca yang asal-asalan. Aku juga tidak mau
kegiatan membacaku tidak menghasilkan sesuatu yang konkret dan bermakna.
Sebelum aku menemukan konsep "mengikat makna", berkali-kali aku dikecewakan
dengan kegiatan membacaku. Apa yang kubaca ternyata mudah aku lupakan. Aku
mudah lupa dengan apa yang kubaca karena aku memang tidak bisa mengingat
semua hal yang ingin kuingat.

Nah, lewat "mengikat makna", aku kemudian tidak pernah lupa dengan materi
menarik yang kubaca. Aku tidak sekadar menandai (menstabilo) sederetan
kalimat yang menyimpan konsep-konsep penting dari sebuah buku yang kubaca.
Aku juga tidak sekadar memindah atau menyalin kata-kata mengesankan seorang
penulis yang kutemukan di buku yang kubaca ke buku harian milikku. Aku
menuliskan dengan bahasaku sendiri semua itu. Aku mencoba "memaknai" hasil
membacaku sesuai dengan kapasitas yang ada di dalam diriku.

Akhirnya, bukan saja keterampilan membacaku meningkat sangat pesat. Aku pun
mampu melejitkan keterampilan menulisku secara luar biasa. Yang menakjubkan,
seiring dengan melejitnya keterampilan membaca dan menulis, aku pun
kemudian, secara terus menerus, mampu menumbuhkan kecintaanku terhadap dua
kegiatan penting tersebut. Tidak pernah sehari pun aku menyia-nyiakan
waktuku untuk tidak membaca dan menuliskan sesuatu. Setiap ada waktu luang,
aku pasti menjalankan kegiatan membaca dan menulis. Apakah aku sedang naik
kereta api, menunggu resep dokter, atau menunggu tamu, aku pasti
memanfaatkannya untuk membaca dan menulis.

Dalam sebuah bukuku yang kujuduli *Spirit Iqra'*, aku merekam secara detail
kegiatan "mengikat makna" yang kulakukan selama aku menjalankan kegiatan
ibadah puasa di bulan Ramadhan. Ada kira-kira 40 topik "ikatan makna" yang
aku hasilkan. Memang, berpuasa di bulan Ramadhan hanya berlangsung sebulan
atau 30 harian. Namun, sebelum dan sesudah bulan Ramadhan, aku masih
menghasilkan beberapa "ikatan makna" sehingga jumlahnya melebihi 30 hari.

Setelah aku menjalankan "mengikat makna" di bulan Ramadhan, aku pun
menjalankan "mengikat makna" lagi ketika aku naik haji bersama istriku.
Sejak sebelum berangkat naik haji, aku sudah menuliskan pengalamanku dalam
mempersiapkan hajiku. Setibanya di Tanah Suci, aku pun tak pernah lupa untuk
mengisi waktu-waktu kosongku dengan membaca buku dan menuliskan
pengalamanku. Aku merasakan sekali, betapa bermanfaatnya "merekam"
kegiatanku di Tanah Suci secara tertulis. Aku jadi senantiasa mengingat
momen-momen mengesanku selama berkunjung di Masjidil Haram, Masjid Nabawi,
makam Rasulullah Saw., dan tempat-tempat suci yang lain.

Apa hikmah yang aku peroleh dari kegiatan "mengikat makna" yang aku jalankan
secara maraton, kontinu, dan konsisten ini? *Pertama*, aku menyadari sekali
bahwa membaca dan menulis itu merupakan keterampilan. Jika aku ingin
menguasai sekaligus mencintai dua kegiatan tersebut, aku pun harus
membiasakan diri menjalankannya. Kata-kata Elizabeth Winthrop ini menarik
untuk menopang hikmah pertama yang aku temukan:

"Kalau Anda ingin menjadi penari profesional, tentu Anda harus berlatih
setiap hari. Kalau Anda ingin bermain sepakbola di divisi utama, Anda pun
harus latihan menendang dan menggiring bola ratusan kali. Menulis memerlukan
hal yang sama. Anda perlu berlatih, artinya Anda harus terus menulis dan
membaca."

*Kedua*, aku kemudian dapat membuktikan bahwa membaca memerlukan menulis dan
menulis memerlukan membaca. Dalam bahasa yang lain, hal tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut: Kegiatan membaca yang tidak diikuti dengan
kegiatan menulis akan menjadikan kegiatan membaca itu tidak menghasilkan
manfaat langsung dan konkret. Sebaliknya, kegiatan menulis yang tidak
diawali dengan kegiatan membaca, ada kemungkinan akan menjadi kegiatan yang
sulit dan menyiksa. Melanjutkan menulis setelah membaca akan menjadikan
kegiatan membaca itu benar-benar efektif.

Kata-kata Stephen D. Krashen, pakar linguistik, yang menulis buku *The Power
of Reading* ini, menarik untuk kita perhatikan secara saksama: "Akhirnya,
kesimpulanku sederhana. Jika anak-anak dapat membaca untuk kesenangan (akrab
dengan buku), mereka akan memperoleh, secara tidak sengaja dan tanpa usaha
yang dilakukan dengan sadar, hampir semua hal yang disebut 'keterampilan
kebahasaan'…. Hasil-hasil riset dengan jelas menunjukkan bahwa kita belajar
menulis lewat membaca."

*Ketiga*, masih terkait dengan hikmah kedua, membaca adalah
*memasukkan*sebanyak mungkin kata-kata ke dalam diriku, sementara
*menulis* adalah mengeluarkan pengetahuan dan pengalaman yang sudah
tersimpan lama di dalam diriku lewat bantuan kata-kata. Jika kita suka dan
bisa membaca, wawasan kita pasti bertambah luas. Namun, ternyata kegiatan
membaca tidak hanya berfungsi sangat penting untuk mencari ilmu secara
sangat mendalam. Membaca juga dapat berfungsi untuk memperkaya diri kita
dengan kata-kata. Semakin banyak dan beragam buku yang kita baca, semakin
kaya dan beragam pula simpanan kata di dalam diri kita.

Akhirnya, jika kita memiliki banyak sekali kata di dalam diri kita, keadaan
ini akan memudahkan kita menulis atau merumuskan sesuatu. Lewat hikmah
ketiga ini, aku ingin menambahkan hal penting: Kadang-kadang, ada banyak
sekali ide berkeliaran di dalam diriku. Namun, ketika ide-ide yang
berkeliaran di kepalaku itu hendak kutuliskan atau rumuskan, aku mengalami
kesulitan yang luar biasa. Ada semacam hambatan atau kemacetan. Menurut
pengalaman dan pengamatanku, kemacetan itu terutama disebabkan oleh
miskinnya kata-kata yang terdapat di dalam diriku. Dan untuk mengatasinya,
tiada jalan lain kecuali dengan membaca.

Dari mana sumber inspirasiku dalam menulis? Aku ingin menjawab singkat:
buku. Ya, buku-buku yang kubaca telah berhasil memperkaya diriku dan memasok
materi-materi yang layak kutuliskan. Di buku *Mengikat Makna*, aku
menderetkan buku-buku yang telah mempengaruhi diriku. Aku membaca buku apa
saja. Aku percaya bahwa ketika seseorang sedang membaca, dia sebenarnya
sedang menyerap kemampuan yang ada di dalam diri si penulis yang bukunya
sedang dia baca. Atau, aku percaya sekali dengan kata-kata Rene Descartes
berikut ini:

"… membaca buku yang baik itu bagaikan mengadakan percakapan dengan para
cendekiawan yang paling cemerlang dari masa lampau—yakni para penulis buku
itu. Ini semua bahkan merupakan percakapan berbobot lantaran dalam buku-buku
itu mereka menuangkan gagasan-gagasan mereka yang terbaik semata-mata…."

Aku kemudian menajamkan istilah "buku yang baik" itu sebagai "buku yang
bergizi". Aku memang membaca buku apa saja, tetapi buku yang kubaca harus
buku yang memberiku "gizi". Buku yang kubaca tidak boleh hampa,
kosong-melompong tidak berisi. Oleh sebab itu, sebelum aku membaca sebuah
buku---buku apa saja---aku pun mencicipinya terlebih dahulu. Dan begitu aku
selesai membaca, sebagaimana aku jelaskan di atas, aku pun lantas "mengikat"
hal-hal yang berharga yang terdapat di dalam buku yang kubaca tersebut.

Kadang-kadang, aku tidak mendapatkan hal-hal yang berharga dari sebuah buku
yang kubaca. Aku pun mempelajari dan mencari alasan mengapa buku yang kubaca
tidak dapat kuserap maknanya? Apakah aku yang memang tidak becus membaca
atau, sesungguhnya, buku yang kubaca itulah yang memang tidak menawarkan
apa-apa kepadaku? Aku lantas belajar banyak dari kegiatan membaca dan
menulisku. Aku tulis semua pengalaman diriku ketika aku bersentuhan dengan
buku-buku yang kubaca. Dan ingin kuberitahu di sini tentang salah satu buku
yang sangat mempengaruhiku ketika aku membangun diriku sebagai seorang
penulis. Buku itu benar-benar memberdayakanku. Judul buku itu *Quantum
Learning*.

*Quantum Learning* adalah buku yang benar-benar mampu mengubah diriku. Aku
belajar dari *Quantum Learning* tentang bagaimana menulis dengan dua belahan
otakku, yaitu otak belahan kiri dan kananku. Aku juga belajar dari *Quantum
Learning* bagaimana menulis yang menghasilkan tulisan yang dapat
membangkitkan gairah dan semangat untuk memperbaiki hidup. Dan aku belajar
dari *Quantum Learning* bagaimana "mengemas" sebuah buku menjadi buku yang
mampu memberdayakan para pembacanya. Pokoknya, *Quantum Learning* telah
menginspirasi diriku bahwa buku dapat ditampilkan secara tidak biasa.

Buku *Mengikat Makna *kutampilkan dengan meniru persis kemasan model *Quantum
Learning*. Bahkan dua bukuku yang lain, *Quantum Reading* dan *Quantum
Writing*, kuciptakan ketika diriku benar-benar sudah disusupi oleh
mantra-mantra ajaib *Quantum Learning*. Mungkin saja aku kemudian dapat
menjadi penulis yang produktif (dalam waktu 4 tahun pernah menghasilkan 24
buku) dan kreatif (senantiasa mampu menyajikan buku-buku yang kaya makna dan
tema) berkat buku yang memberdayakan bernama *Quantum Learning*.



*Kiat Menampilkan Buku secara Kreatif dan Bagaimana Memenuhi Selera Pasar
yang Senantiasa Berubah*

Penulis yang ingin tetap hidup di masa kini tampaknya tidak cukup jika hanya
menulis dan menghasilkan ide. Penulis-penulis yang ingin bertahan hidup di
zaman yang terus berubah seperti sekarang ini, harus mau dan mampu
meningkatkan hasratnya untuk "membaca" pasar. Mereka harus rajin
keluar-masuk toko buku, bukan hanya keluar-masuk perpustakaan. Mereka juga
harus terus-menerus berinteraksi dengan milis-milis dan beragam
*weblog*yang menjamur di internet. Rakus membaca buku sebanyak mungkin
adalah salah
satu kunci-utama menjadi penulis sukses di zaman sekarang.

Ketika aku bertanya kepada Andrea Hirata, pengarang novel-sangat laris *Laskar
Pelangi*, tentang apa yang membuatnya sukses, dia menjawab pendek,
"Membaca." Andrea memang mengaku tidak banyak membaca karya sastra. Dia baru
membaca karya sastra setelah Laskar Pelangi jadi. Sebelum menciptakan *Laskar
Pelangi*, dia mengaku banyak membaca buku-buku sains, ekonomi, dan juga
jurnal-jurnal ilmiah yang memperkaya dirinya. Andrea Hirata, sebelum menjadi
penulis, sesungguhnya adalah manusia yang memang "rakus membaca".

Perhatikan sebuah adegan di sebuah halaman di *Laskar Pelangi* berikut ini:
"Buku itu kugenggam erat di atas pangkuanku dan aku segera menyadari bahwa
seluruh kehidupan dewasaku telah terinspirasi oleh buku kumal yang selalu
kubawa ke mana-mana itu. Dulu, ketika frustrasi karena berpisah dengan A
Ling, maka pesona Desa Edensor, Taman Daffodil, dan jalan pasar berlandaskan
batu-batu bulat, serta hamparan sabana di bukit-bukit Derbyshire telah
menghiburku. Kemudian pada masa dewasa ini, ketika kehidupanku di Bogor
berada pada titik terendah, aku perlahan-lahan bangkit juga karena semangat
yang dipancarkan oleh Herriot, sang tokoh utama buku itu. Seperti ajaran Pak
Harfan, Bu Mus, dan Kemuhamadiyahan, Herriot juga mengajariku tentang
optimisme dan bagaimana aku harus berjuang untuk meraih masa depanku.

"Seminggu setelah kulemparkan naskah bulu tangkisku ke Kali Ciliwung, aku
membaca sebuah pengumuman beasiswa pendidikan lanjutan dari sebuah negara
asing. Aku segera menyusun rencana C, yaitu aku ingin sekolah lagi! Kemudian
setelah itu tak ada satu menit pun waktu kusia-siakan selain untuk belajar.
*Aku membaca sebanyak-banyaknya buku*. Aku membaca buku sambil menyortir
surat, sambil makan, sambil minum, sambil tiduran mendengarkan wayang golek
di radio AM. Aku membaca buku di angkutan umum, di dalam jamban, sambil
mencuci pakaian, sambil dimarahi pelanggan, sambil disindir ketua ekspedisi,
sambil mengikuti upacara Korpri, sambil menimba air, atau sambil memperbaiki
atap bocor.

"Bahkan aku membaca sambil membaca. Dinding kamar kosku penuh dengan grafiti
rumus-rumus kalkulus, GMAT, dan aturan-aturan *tenses*. Aku adalah
pengunjung perpustakaan LIPI yang paling rajin dan *shift* sortir subuh yang
dulu sangat kubenci, sekarang malah kuminta karena dengan demikian aku dapat
pulang lebih awal untuk belajar di rumah. Jika beban pekerjaan demikian
tinggi, aku membuat resume bacaanku dalam kertas-kertas kecil. Inilah teknik
jembatan keledai yang dulu diajarkan Lintang kepadaku. Kertas-kertas kecil
itu kubaca sambil menunggu ketua pos menurunkan kantong-kantong surat dari
truk." (*Laskar Pelangi*, hlm. 458-459)

Menurutku, berpijak pada hal-hal yang kujelaskan sebelum ini, ada tiga tipe
penulis yang bisa hidup di zaman sekarang. *Pertama* adalah para penulis
yang senantiasa konsisten dan kontinu dalam menghadirkan tema-tema dan
ide-ide baru yang orisinal; *kedua*, para penulis yang menganut mazhab
"follower"; dan *ketiga*, para penulis yang piawai dalam memanfaatkan momen.
Para penulis yang masuk dalam kelompok pertama tentu para penulis istimewa.
Namun, para penulis yang masuk dalam kelompok kedua dan ketiga juga tidak
boleh dianggap sebagai penulis kacangan. Mereka adalah penulis-penulis yang
kreatif.

*Penulis yang senantiasa menghadirkan kebaruan*. Sesungguhnya, terkait
dengan dunia tulis-menulis, tidak ada yang murni orisinal di muka bumi ini.
Yang ada adalah kombinasi baru dari hal-hal yang pernah muncul. Dalam
kaitannya dengan buku, bisa jadi materi yang ditulisnya tidak baru namun
"pengemasannya" baru. Ini bisa terjadi jika buku itu mampu memiliki judul
yang segar dan judul itu mampu memendam ide-ide yang baru. Bisa jadi juga
dalam konteks penyajian dan pengemasannya, buku itu tidak tampil seadanya.
Misalnya saja, buku itu ditampilkan dalam bentuk dua halaman yang
berbeda. Halaman
kiri berisi teks sebagaimana biasa, sementara halaman kanan diisi oleh
ilustrasi atau teks-teks yang memantik semangat.

Penulis seperti Habiburrahman El-Shirazy dan Andrea Hirata adalah
penulis-penulis yang sangat pantas untuk kita kaji. Kedua penulis ini
memiliki karakter. Keduanya benar-benar dapat tampil sangat berbeda dengan
para penulis lain sezamannya. Keduanya benar-benar *excel* (mencuat). Apa
rahasia mereka sehingga karya-karyanya dapat disukai oleh para pembaca di
Indonesia dan juga di luar negeri? Tentu ada banyak faktor yang membuat
buku-buku karya mereka sangat laris. Namun, sekali lagi, ide-ide yang baru
dan penyajian yang tidak biasalah yang bisa menjamin sebuah karya itu sangat
digemari oleh pembacanya.

*Penulis yang menganut mazhab "follower"*. Aku pernah memanfaatkan potensi
menulisku untuk ikut menjadi penulis "follower". Buku yang kutulis berjudul,
*Al-Quran Bukan Da Vinci's Code*. Aku menulis buku ini dengan nama samaran.
Dari judulnya, buku yang kutulis ini ingin mengikuti novel sangat-sangat
laris karya Dan Brown, *Da Vinci Code*. Hanya bukuku itu bukan buku fiksi.
Buku *Al-Quran Bukan Da Vinci's Code* adalah buku yang ingin menunjukkan
"kesaktian" Al-Quran ketika Al-Quran diserang oleh orang-orang yang tidak
menyukainya. Aku menulis buku itu dengan cara memanfaatkan khazanah
bacaanku. Selain itu, aku mengangkat tema ini dengan lebih dahulu mencari
berita-berita yang membahas Al-Quran dalam sudut pandang tidak biasa.

Berita yang kuangkat adalah berita tentang ditemukannya manuskrip kuno
Al-Quran di Yaman. Itu terjadi pada tahun 1972 ketika Masjid Agung San'a,
yang ada di Yaman, direstorasi. Lantas, ada seorang penulis bernama Toby
Lester yang mengangkat kontroversi temuan itu di jurnal *The Atlantic
Monthly* pada Januari 1999, dengan judul "What is the Koran?" Lewat
internet, aku dimudahkan untuk melacak berita-berita itu. Yang
mencengangkanku, aku kemudian mendapatkan bahan-bahan yang sangat kaya.
Semua itu aku kumpulkan dan memingta bantuan orang lain untuk diterjemahkan.

Selain di jurnal *The Atlantic Monthly*, aku juga mengacu ke berita yang
diangkat oleh majalah *Gatra* edisi Nomor 37/IX, 2 Agustus 2003. Judul
berita yang terpampang di sampul depan majalah itu cukup memancing rasa
penasaran. Judul itu berbunyi, "Menggugat Kearaban Quran". Meskipun
berita-berita tentang Al-Quran itu terjadi sudah cukup lama, yaitu yang satu
berjarak tujuh tahun dan yang satu lagi berjarak sekitar empat tahun dengan
tahun penulisan bukuku, namun yang perlu kutekankan di sini adalah aku
menulis dengan berpijak pada hal-hal yang kukuh, yang tercetak. Aku menulis
dengan merujuk ke sumber-sumber yang jelas dan tepercaya.

*Penulis yang memanfaatkan momen*. Aku menjadi penulis model kategori ketiga
ini ketika menulis buku semi-fiksi, *Aku Ingin Bunuh Harry Potter!* Aku
menulis buku ini karena aku memang suka dengan temanya. Aku sempat
tergila-gila dengan karya Rowling yang membangkitkan imajinasiku. Aku lantas
menciptakan tokoh bernama Heri Puter. Kebetulan, ketika aku punya niat
membuat buku ini, dunia lagi heboh dengan akan hadirnya jilid terakhir *Harry
Potter*. Waktu itu ada isu bahwa tokoh utama novel fantasi yang sangat
laris, Harry Potter, akan dimatikan oleh penciptanya.

Begitulah. Isu tentang Harry Potter yang akan dimatikan oleh Rowling dijilid
terkahir merebak di internet. Lagi-lagi, internet menolongku dalam membuat
buku model *beginian*. Aku, terutama, sangat tertolong oleh sebuah situs
yang sangat kaya dan terus di-*update*, *Wikipedia*. Aku juga berlangganan
berita dari "Google Alert" yang senantiasa mengirimi berita-berita terbaru
tentang *Harry Potter* ke *mailbox*-ku setiap hari. Kadang tidak hanya satu
berita yang masuk ke *mailbox*-ku. Sehari aku bisa menerima sekitar tiga
hingga lima berita.

Kadang-kadang buku-buku yang memanfaatkan momen dapat meledak. Edisi pertama
*Aku Ingin Bunuh Harry Potter!*, dalam satu bulan bisa cetak ulang hingga
tiga kali. Itu tentu sangat menggembirakanku. Akhirnya, aku pun memperluas
edisi lama bukuku itu setelah jilid ketujuh atau terakhir *Harry
Potter*dalam bahasa Inggris terbit. Aku menambah dengan memasukkan
komentar menarik
Stephen King tentang novel fantasi *Harry Potter*, dan juga menunjukkan
manfaat membaca buku, khususnya buku *Harry Potter*. Untuk memancing
sensasi, aku mau dijadikan model desainer sampul buku *Aku Ingin Bunuh Harry
Potter!* edisi yang diperluas (*extended version*).[]









*Bahan Bacaan:*

* *

Coady, Roxanne J., dan Joy Johannessen, *The Book That Changed My
Life*(Gotham Books, 2006).

Dewabrata, A.M., *Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan
Berita*(Penerbit Buku Kompas, 200e4).

Fishman, Roland, *Creative Wisdom for Writers: Menulis itu
Jenius*(IndonesiaTera, 2005).

Hernowo*, Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza: Rangsangan Baru untuk Melejitkan
"Word Smart"* (Kaifa, 2003, cetakan ke-3).

*_______, Mengikat Makna Sehari-hari: Bagaimana Mengubah Beban Membaca dan
Menulis menjadi Kegiatan yang Ringan-Menyenangkan *(MLC, 2005).

*_______, Mengikat Makna untuk Remaja* (MLC, 2004).

_______*, Mengikat Makna: Kiat-Kiat Ampuh untuk Melejitkan Kemauan dan
Kemampuan Membaca dan Menulis Buku* (Kaifa, 2001, cetakan ke-7).

*_______, Quantum Reading: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang
Munculnya Potensi Membaca* (MLC, 2003, cetakan ke-6).

*_______, Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang
Munculnya Potensi Menulis* (MLC, 2003, cetakan ke-7).

*_______, Spirit Iqra': Menghimpun Samudra Makna Ramadhan* (Mizania, 2003).

*_______, Vitamin T: Bagaimana Mengubah Diri lewat Membaca dan Menulis *(MLC,
2004).

Jennings, Paul, *Agar Anak Anda Tertular "Virus" Membaca* (MLC, 2006).

King, Stephen, *On Writing: A Memoir of the Craft* (Simon and Schuster,
2001).

Krashen, Stephen, *The Power of Reading: Insights from the
Research*(Libraries Unlimited Inc., 1993).

Plimpton, George (ed.), *Taruhan Mewujudkan Tulisan: Proses Kreatif Sebelas
Penulis Perempuan Terkemuka Dunia* (Jalasutra, 2006).

Provost, Gary, *100 Ways to Improve Your Writing: Cara Meningkatkan
Kemampuan Menulis* (Dahara Prize, 1999).

Sayuti, Suminto A., *Taufiq Ismail: Karya dan Dunianya* (Grasindo, 2005).

Vitale, Joe, *Hypnotic Writing: Cara Membujuk dan Meyakinkan Pelanggan (dan
SIAPA PUN) Hanya dengan Kata-Kata Anda* (Gramedia Pustaka Utama, 2008).

Widjanarko, Putut, *Elegi Gutenberg: Memposisikan Buku di Era
Cyberspace*(Mizan, 2000).

Wycoff, Joyce, *Menjadi Superkreatif Melalui Metode "Pemetaan
Pikiran"*(Kaifa, 2002).

Menulis Memoar

(tulisane Pipiet senja pas silnas FLP 12 juli 2008)
*1. **Mengapa Menulis Memoar?*

Pertanyaan seperi di atas sering kali muncul dari peserta
workshop kepenulisan di mana saya menjadi pembicaranya. Terutama kalau saya
sedang meluncurkan atau bedah buku, karya saya berupa memoar.

· Dengan menulis memoar aku bisa bersibuka lebih leluasa, berbagi
pengalaman dengan cara sederhana, bertutur kata yang bersahaja.

· Orsinalitas sangat terpelihara; karena tak semua orang memiliki
lakon yang sama, pemikiran dan solusi yang serupa.

· Ada sesuatu yang ingin disampaikan dan hanya bisa melalui jenis
tulisan semacam memoat atau catatan harian ini, tidak bisa disampaikan
melalui fiksi seperti novel.

· Bisa lebih jujur dalam menyampaikan parasaan, pemikiran atau visi
dan misi perikehidupan kita.

· Lebih karena alasan pribadi; saya sering merasa hampir tak punya
waktu lagi, mengingat penyakit abadi yang saya derita, jadi setiap saat
sering tergelitik untuk mencatat lakon demi lakon. Sehingga begitu banyak
buku harian, akhirnya merasa sayang kalau dibiarkan "bulukan" begitu saja.

* *

*2. **Apakah Tidak Menimbulkan Pro dan Kontra?*

· Memang harus diakui, ada pro dan kontra yang lumayan signifikan
dibandingkan dengan karya berupa fiksi.

* *

*3. **Bagaimana Menyikapi Kecaman Pembaca?*

· Sebagaimana dengan karya fiksi, saya tidak akan morang-maring,
meskipun mendapat kecaman yang menyakitkan dan tidak relevan sama sekali.**

· Kita menjelaskan apa adanya, apa yang diinginkan atau menjadi rasa
penasaran pembaca.**

* *

*4. **Benarkah Memoar Tidak Dianggap Sebagai Karya Sastra?*

· Tergantung bagaimana penulis menyampaikannya; apakah dengan bahasa
sastra atau ringan yang lazim disebut sebagai karya populer.

*5. **Kapan Mulai Menulis Memoar?*

· Sejak remaja, memoar pertama yang saya terbitkan adalah Sepotong *Hari
di Sudut Kamar* (Sinar Kasih, 1979)

· Memoar ke-2 adalah *Cahaya di Kalbuku* (DAR! Mizan, 2002)

· Memoar ke-3 adalah *Langit Jingga Hatiku* (Gema Insani Press, 2004)

· Memoar ke-4, merupakan gabungan hingga sekarang adalah *Dalam
Semesta Cinta* (dalam proses terbit, Penerbit jendela, 2008

frozz's shared items